Sudah dikenal secara luas bahwa Arif Bagus Prasetyo adalah salah seorang kritikus sastra Indonesia terkuat saat ini. Bahkan, ia dikenal pula sebagai penyair dengan sajak-sajaknya yang berisi dan penerjemah kompeten yang telah menerbitkan puluhan terjemahan. Kita cukup bersyukur bahwa di tengah-tengah langkanya buku kritik sastra, ia menghadirkan kepada kita buku Saksi Kata yang spesial ini. Tul…
Tamatlah sehari yang riang bagai kadal yang bercinta di batuan. Sehari yang murung untuk elang gunung yang kasmaran sendirian
Buku ini berisikan karya Kahlil Gibran yang banyak menceritakan tentang cinta, kehidupan dan kematian. Di antara kehidupan kematian, yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Begitulah salah satu contoh ungkapat Gibran dalam karyanya yang ada dalam buku ini.
Kumpulan 24 sajak dengan ilustrasi terbaik dari Tere Liye.
Aku Ini Binatang Jalang adalah kumpulan puisi terlengkap karya penyair terbesar Indonesia CHAIRIL ANWAR. Sajak-sajaknya abadi dan terus di bacakan sepanjang masa. Selain keseluruhan sajak asli, dalam koleksi ini dimuat surat-surat Chairil kepada karibnya, H.B.Jassin. Sajak-sajaknya menyediakan dasar bagi penulisan puisi sampai hari ini, demikian tulis Nirwan Dewanto dalam Kata Pembuka buku ini.…
Bahasa Indonesiaku yang gundah membawaku ke sebuah paragraf yang menguarkan bau tubuhmu. Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk bertingkat yang hangat di mana kau induk kalimat dan aku anak kalimat. Ketika induk kalimat bilang pulang, anak kalimat paham bahwa pulang adalah masuk ke dalam palung. Ruang penuh raung. Segala kenang tertidur di dalam kening.
Sederet pertanyaan di atas menunjukkan bahwa hubungan yang ada antara sastrawan, sastra, dan masyarakat bukanlah sesuatu yang dicari-cari. Buku Sosiologi Sastra karya Sapardi Djoko Damono ini memaparkan dengan jelas pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sebuah pengantar singkat yang mengemukakan bahwa sastra bisa mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan …
Situasi pandemi yang menyapu dunia saat ini terekam vdalam sejumlah cerpen yang dimuat Kompas sepanjang tahun 2020. Akan tetapi, seperti halnya warna budaya, situasi pandemi adalah konteks. Cerita tetap membutuhkan substansi yang kuat untuk ditempatkan pada konteks tersebut. Hal ini ,nenjadi tantangan bagi penulis cerpen, tak terkecuali yang sudah dimuat di Kompas.
apakah hatiku mangkuk dangkal yang pecah— yang alangkah mudah diisi, namun mustahil penuh? apakah mencintai diri sendiri berarti menjadi batu yang dilemparkan ke lautan lepas tanpa dasar? mengapa darah lebih api daripada api? mengapa luka tidak memaafkan pisau—& mata pisau bisa membayangkan dirinya sebagai cermin? mengapa kita mesti memiliki banyak pengetahuan untuk bisa memahami betapa sed…