Buku ini sarat dengan ajaran Buddha dan cerita yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga.
Kesadaran adalah hal natural yang universal. Anda dapat menemukannya di setiap tradisi spritual.
Di dalam buku ini Thich Nhat Hanh secara mahir menggabungkan antara praktik hidup berkesadaran dengan Tanah Suci, serta menunjukkan keterkaitan praktik bagi semua orang dari berbagai keyakinan. Terjemahan mutakhir dan menentukan dari Sutra Amitabha, membuka salah satu konsep terdalam dari agama Buddha: Kebahagiaan tidak akan ada tanpa penderitaan.
Thich Nhat Hanh memberikan ajaran dari banyak aspek akan cinta, termasuk mencintai diri sendiri, menutrisi kebahagiaan, mendengarkan secara mendalam, dan berbicara dengan cinta kasih, hidup bersama dengan sadar-penuh dan metode-metode untuk menyelesaikan masalah. Beliau juga mengajarkan meditasi akan cinta, cara untuk menyembuhkan hubungan kita dengan keluarga kita dan dengan tradisi spritual …
Dengan kata lain, Anda duduk di sebelah sini, Tuhan, Buddha, atau Bodhisattwa Awalokiteshwara sedang duduk di atas sana. Anda dan mereka bukanlah dua wujud yang terpisah. Anda berada dalam Tuhan, Buddha, atau Bodhisattwa Awalokiteshwara dan Tuhan, Buddha, atau Bodhisattwa Awalokiteshwara berada di dalam diri Anda.
Buku ini merupakan karya untuk ikut memberikan sumbangsih terhadap tren perkembangan ajaran Buddha terapan yang saat ini dipraktikkan oleh khalayak ramai dengan tujuan mencapai kesembuhan batin dan kesehatan secara umum.
Buku ini menelusuri kembali 80 tahun perjalanan hidup Buddha secara perlahan dan lembut, sebagai mata Svasti, si anak penggembala kerbau dan sebagian lagi melalui mata Buddha sendiri. Jalur Tua Awan Putih akan menjadi sebuah klasik dalam literatur keagamaan.
Buku ini menelusuri kembali 80 tahun perjalanan hidup Buddha secara perlahan dan lembut, sebagai mata Svasti, si anak penggembala kerbau dan sebagian lagi melalui mata Buddha sendiri. Jalur Tua Awan Putih akan menjadi sebuah klasik dalam literatur keagamaan.
Di bawah pohon Bodhi di India dua puluh lima abad yang lalu, Buddha mencapai suatu pengertian mendalam bahwa tiga kondisi pikiran adalah sumber dari semua ketidakbahagiaan kita: pandangan salah, nafsu keinginan yang berlebihan, dan kemarahan. Semuanya sulit, tetapi mengambil salah satu contoh, kemarahan - salah satu dari emosi yang paling kuat - dapat menghancurkan hidup, dan merusak perkembang…